Label

Kamis, 24 Maret 2011

suka sama quote-nya Emil Wiechert

suka banget sama mottonya Emil Wiechert yang terukir diatas pintu masuk gedung seismometer di Göttingen :

"Ferne kunde bringt Dir der schwankende Boden - deute die Zeichen"
"The trembling rock bears tidings from a far - read the signs!'
"Batuan yang bergetar membawa kabar dari jauh - bacalah tanda-tanda itu!"

ia menganggap motto tersebut sebagai tujuan tertinggi seismologi, yaitu "memahami setiap goresan" pada rekaman seismik.


biografinya beliau :
Nama : Emil Johann Wiechert
Lahir : Tilsit, Province of Prussia, 26 December 1861
Wafat : Göttingen, 19 March 1928
Nama bokap n nyokap : Johann and Emilie Wiechert
pendidikan : Albertus University in Koenigsberg (sekarang Kaliningrad). Dapet gelar Ph.D tahun 1889 dengan judul dissertasi "On the elastic after-effect". Dapet gelar professor tahun 1898 dengan sebutan "professor of geophysics and Director of the Geophysical Laboratory at Göttingen".Terus dapet gelar penuh professor-nya tahun 1905.




pada tahun 1898, Emil Wiechert mencoba membuat seismograph (alat pencatat gempabumi). Akhirnya pada tahun 1900, seismograph tersebut berhasil di selesaikan. Tetapi seismograph-nya hanya baru bisa mencatat aktivitas gempabumi komponen horisontal saja. Dan untuk kertas pencatat gempabuminya (seismogram) menggunakan smoked paper. Salah satu seismograph komponen horisontal buatan beliau melalui pemerintah kolonial belanda, di tempatkan di Jakarta pada tahun 1908. Seismograph buatan Wiechert tersebut sampai sekarang masih dapat dilihat di Stasiun Geofisika Jakarta di BMKG Pusat, tetapi sayangnya alat tersebut sekarang sudah tidak dioperasikan lagi. Prinsip cara kerja seismograph buatan Wiechert, dapat dilihat disini

dibelakang gw seismograph buatan Wiechert
lokasi : Stageof Jakarta, Kemayoran Jakarta Pusat
foto diambil bulan mei 2008


reference :
- MBPSPS book
- http://verplant.org/history-geophysics/Wiechert.htm
- http://www.facebook.com/pages/Emil-Wiechert/116102931769056

Minggu, 13 Maret 2011

Ilustrasi gelombang tsunami jepang yang melanda Jayapura

Pada tanggal 11 maret 2011, tsunami jepang juga berimbas ke daerah-daerah diseluruh pasifik. Tsunami tersebut juga sampai ke alaska, Amerika Utara, Amerika Selatan, kepulauan di Pasifik, Filipina dan juga utara wilayah perairan Indonesia. Dalam warning yang di keluarkan PTWC (Pacifik Tsunami Warning Center), Jayapura juga akan terkena terjangan tsunaminya dengan estimasi waktu tiba pukul 20:35 WIT.
Terjangan tsunami di Jayapura akibat gempabumi di Jepang sekarang sudah usai, tetapi dampak dari tsunami tersebut cukup mengejutkan. Bagaimana tidak, tsunami tersebut mengakibatkan meninggalnya satu orang di daerah Holtekamp, puluhan rumah dan infrastruktur rusak berat dan ringan di Holtekamp dan juga Enggros. Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa kerusakan berat hanya terjadi di daerah Holtekamp dan Enggros???....
Saya coba menjawab bagaimana hal itu bisa terjadi....dan inilah jawaban saya...dan ini hanyalah pemikiran pribadi saya, dan silahkan di koreksi bila ada kekeliruan.




dari gambar diatas, saya coba mengilustrasikan arah pergerakan gelombang tsunami yang terjadi di Jayapura. Tanda panah Merah adalah tanda arah gelombang tsunami langsung yang menerjang Jayapura, sedangkan Tanda panah warna hitam dan ungu adalah tanda arah gelombang tsunami hasil dari pantulan dari gelombang langsung yang menerjang Jayapura.

Awalnya, gelombang tsunami merambat bebas dari Jepang ke Jayapura dengan arah Utara-Selatan. Saat akan memasuki teluk Jayapura, Gelombang tsunami lansung yang mengarah Holtekamp mengalami interferensi dengan gelombang tsunami yang bersinggungan dengan pantai yang ada di Tanjung Suaja (BaseG). Setelah itu mengalami interferensi kembali dengan gelombang tsunami yang bersinggungan dengan tanjung Diar (Holtekamp). Akibatnya daerah Holtekamp mendapatkan gelombang yang cukup tinggi, disebabkan interferensi gelombang dari gelombang tsunami langsung dan gelombang tsunami yang berbelok arah akibat bersinggungan dengan Tanjung Suaja (BaseG) dan Tanjung Diar (Holtekamp).

Setelah gelombang tersebut menghajar kawasan pantai Holtekamp, gelombang tersebut memantul (resonansi gelombang) ke arah kota Jayapura dan juga ke celah masuk Teluk Youtefa. Bukti dari beresonansinya gelombang tsunami ini adalah waktu saya mengamati gelombang tsunami di Pantai Hamadi, gelombang tersebut tidak tegak lurus arahnya ke pantai, tetapi ke arah menyamping kekiri pantai dari tempat saya mengamati. Jadi kesimpulan saya gelombang yang menerjang ke Jayapura, Hamadi dan yang masuk ke Teluk Youtefa adalah gelombang resonansi dari tsunami.

Sekarang saya coba membahas tentang cukup dahsyatnya gelombang tsunami yang menerjang wilayah Tobati dan Enggros. Menurut analisa saya, saat gelombang resonansi tsunami memasuki teluk Youtefa, di celah masuk tempat masuknya gelombang, cukuplah sempit. Dengan adanya penyempitan ini, maka aliran gelombang tsunami ini akan semakin kencang/cepat, sesuai dengan hukum fisika yaitu tentang fluida. Semakin kencangnya kecepatan gelombang tsunami, maka daya dobraknya juga akan berbanding lurus. Hal inilah yang menyebabkan kampung Tobati dan sebagian kampung Enggros yang terlewati arus gelombang tsunami di celah masuknya ini banyak yang mengalami kerusakan.

Fenomena lain yang terjadi adalah banyaknya rumah di kampung enggros yang mengalami kerusakan. Kerusakan ini menurut saya di akibatkan tertutupnya aliran masuk di Teluk Youtefa. Jadi kalau saya rincikan kejadiannya, air gelombang tsunami hasil resonansi yang masuk ke celah teluk youtefa, terus beresonansi kedalam teluk dan tidak bisa keluar dikarenakan tertutupnya teluk youtefa. Menurut pemikiran saya, gelombang yang masuk tadi bisa saja mengalami turbulensi (perputaran) arus gelombang, bisa juga mungkin mengalami resonansi secara berkesinambungan dan terus menerus. Gelombang yang masuk ke teluk Youtefa tidak bisa keluar kembali, sedangkan gelombang resonansi dari hasil pantulan dari pantai Holtekamp terus mendesak masuk ke teluk Youtefa. Hal inilah yang menyebabkan tingginya gelombang di kampung Enggros dapat terjadi.


DAFTAR ISTILAH TSUNAMI
Resonansi Tsunami adalah Pantulan dan gangguan terus menerus atas gelombang-gelombang tsunami dari tepi pelabuhan atau teluk sempit yang dapat menyebabkan peningkatan ketinggian gelombang, dan memperpanjang durasi kegiatan gelombang dari suatu tsunami.

Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut


Reference :
- Rangkuman istilah tsunami; UNESCO 2007
- wikipedia

Sabtu, 12 Maret 2011

Gempabumi Jepang 11 maret 2011

kalau ingin lihat pola patahan gempanya

Animasi gambar travel time tsunaminya


Animasi gambar perkiraan ketinggian tsunaminya




Untuk perbandingan hasil data ketinggian tsunaminya



Animasi video penjalaran gelombang tsunaminya

Rabu, 09 Maret 2011

Sabtu, 05 Maret 2011

Wilayah Utara Papua & Papua Barat haruskah Kultur atau Struktur yang di utamakan???

Pembangunan InaTEWS (Indonesia-Tsunami Early Warning System) meliputi dua komponen utama, yakni Struktur terkait dengan pemanfaatan teknologi yang menghasilkan Peringatan Dini Tsunami; dan Kultur yang melibatkan masyarakat pada peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami. Komponen struktur berkaitan dengan pemasangan peralatan-peralatan deteksi tsunami sehingga dapat menghasilkan data yang menjadi dasar untuk penyusunan peringatan dini. Selanjutnya, peringatan dini itu disampaikan kepada media dan lembaga-lembaga lain yang berhubungan langsung dengan masyarakat.

Meskipun bunyinya mirip, struktur dan kultur memiliki banyak perbedaan. Yang pertama, pekerjaan struktur terlihat rumit. Memastikan ada sinyal dari bawah laut bahwa telah terjadi tsunami, kemudian membawa sinyal itu ke permukaan laut untuk selanjutnya dipancarkan ke satelit dan dipantulkan ke Pusat Peringatan Dini Tsunami, jelas bukan perkara yang sederhana. Apalagi, bencana tidak kenal waktu sehingga transfer data itu harus selalu siap 24 jam. Tetapi, ternyata pekerjaan kultur jauh lebih rumit karena menyangkut manusia yang terkenal kompleks perilakunya.

Perbedaan selanjutnya, kegiatan struktur berbeda-beda untuk tiap bencana. Peralatan untuk memberikan peringatan dini tsunami tentu saja berbeda dengan peralatan untuk peringatan dini longsor. Sebaliknya, meskipun kegiatan kultur itu lebih rumit, jika dapat didorong dan dikedepankan, kesiapsiagaan masyarakat itu akan berlaku untuk segala macam bencana.

Perbedaan ketiga, pekerjaan struktur berupa pemasangan peralatan boleh dikatakan cukup dilakukan sekali dan selesai. Namun, untuk pekerjaan kultur, tidak pernah dikenal kata selesai. Misalnya, peragaan cara penyelamatan diri pada saat pendaratan darurat yang dilakukan pramugari pesawat terbang yang harus dilakukan pada setiap kali penerbangan tanpa boleh ada kata jenuh. Jadi, apa boleh buat, meskipun Anda sudah naik pesawat untuk yang kesejuta kali, misalnya, Anda tetap harus disuguhi peragaan tersebut oleh awak kabin pesawat. Dalam kaitan dengan itu, cara paling tepat untuk melaksanakan pekerjaan kultur ini adalah dengan latihan, simulasi, dan drill.

mungkin dari kutipan tentang perbedaan antara kultur dan struktur diatas cukup bisa dipahami. Oke sekarang kita masuk ke pembahasan utamanya, yaitu mana yang harus di utamakan antara Kultur atau Struktur dalam pembangunan Ina-TEWS di daerah Utara Papua dan Papua Barat???. Sebelum dijawab, mari kita lihat sejenak potensi kecepatan waktu tiba gelombang tsunami apabila terjadi di daerah utara Papua. Dibawah ini saya coba memetakan daerah mana saja yang berpotensi bila terjadi tsunami dengan waktu tiba gelombang tsunami ke pantai ≤ 5 menit. Saya menghitung waktu tiba gelombang tsunami tersebut dengan mengambil jarak terdekat antara garis pantai dengan garis patahan terdekat yang bisa berpotensi menimbulkan gempabumi dan tsunami. Didapatkan wilayah utara Kepulauan Yapen, selatan Biak Numfor dan Supriori, utara dan timur kepala burung memiliki waktu tiba gelombang tsunami ≤ 5 menit apabila terjadi gempabumi dan tsunami di jarak paling terdekat. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini, garis merah menandakan daerah pantai yang mempunyai potensi waktu tiba gelombang tsunami ≤ 5 menit.



dengan waktu tiba gelombang tsunami yang hanya ≤ 5 menit, menurut anda sekalian, apakah wilayah ini lebih tepat memaksimalkan pengembangan di bidang struktur atau kultur???. Sebelum di jawab, mari kita lihat kembali parameter-parameter apa saja yang sedang dikembangkan sekarang ini di bidang struktur dan kultur dalam Ina-TEWS.

Struktur
Pemasangan alat yang mutakhir dan canggih untuk mendeteksi potensi Tsunami, diantaranya :
- Seismic Network; terdiri dari Seismometer dan Accelerometer
- Tsunameter Network; terdiri dari Buoy
- Tide Gauge Network; alat pasang surut
- GPS Network; alat pendeteksi deformasi

Instansi yang berperan dalam pengembangan Struktur Ina-TEWS : BMKG, Bakosurtanal, BPPT dll

Kultur
kegiatan-kegiatan kultur untuk meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat, anatara lain :
1. Pengamanan peralatan deteksi bencana
2. Penyiapan peta risiko (peta genangan) beserta skenario penyelamatan
3. Penyiapan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya
4. Pemasangan rambu-rambu petunjuk/arah evakuasi
5. Pembangunan pusat krisis/pusat komando
6. Pelaksanaan latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami drill) secara berkala
7. Pembangunan sirene
8. Pembangunan/penentuan gedung penyelamat (escape building/ tsunami shelter)
9. Penyusunan tata ruang berbasis kebencanaan
10. Penyusunan kurikulum muatan lokal sekolah tentang kebencanaan

Instansi yang berperan dalam pengembangan Kultur Ina-TEWS : Pemerintah Daerah, LIPI, Lembaga Pendidikan, LSM dll


oke sekarang kita saya akan mencoba bercerita tentang kondisi Struktur yang ada di wilayah Papua dan Papua Barat. BMKG selaku pengendali peringatan potensi tsunami di seluruh Indonesia, sampai saat ini baru bisa memberikan warning potensi tsunami paling lama adalah 5 menit. Dan ini pun hanya peringatan yang berupa "peringatan tsunami" yang di dapatkan dari hasil analisa gempabumi. Jadi kalau secara bahasa, "peringatan potensi" ini hanya berupa peringatan yang bersifat kemungkinan. Jadi warning tsunami ini bisa saja betul terjadi tsunami, mungkin juga tidak. Dan untuk pembuktian terjadi benar atau tidaknya tsunami, memerlukan data dari instansi lain berupa data BOUY(tsunameter) dan juga Tide Gauge. Dan untuk pembuktian benar atau tidaknya terjadi tsunami, berarti membutuhkan kembali waktu untuk menganalisanya. Jadi diperlukan waktu yang lebih dari 5 menit untuk analisa pembuktiannya. Belum lagi dengan proses penyebaran peringatan potensi tsunami yang membutuhkan waktu dari BMKG ke institusi Interface dan juga ke masyarakat. Saya rasa untuk bisa peringatan potensi tsunami sampai langsung ke tangan masyarakat membutuhkan waktu yang lebih dari 5-8 menit (ini analisa saya saja).

Dengan waktu Peringatan Potensi Tsunami yang dikeluarkan 5 menit setelah gempabumi, apakah mungkin daerah yang mempunyai waktu tiba gelombang tsunami ≤ 5 menit (yang di peta bergaris merah) bisa melakukan penyelamatan diri??? Saya rasa akan sangat sulit untuk dilakukan. Maka dari itu, Jawaban saya tentang "mana yang utama antara struktur dan kultur untuk daerah Utara Papua dan Barat" adalah KULTUR. Dengan meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat atau kultur, maka jumlah korban bisa saja di minimalisir.
Yang menjadi pertanyaan, apakah instansi yang berperan dalam pengembangan kultur dalam konsep Ina-TEWS sudah berjalan???. Jawaban sepengetahuan saya yaitu sudah berjalan, tapi sangat perlu untuk terus dikembangkan dan di maksimalkan. Contoh hal-hal yang sudah dilakukan oleh para pengembang kultur di Papua dan Papua Barat yaitu pelaksanaan latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami drill) yang pernah di lakukan di Biak oleh LIPI, Pembangunan Sirine di Jayapura dan Manokwari, Pembuatan Rambu Bahaya Tsunami di Biak, Kep.Yapen dan Nabire dll, Sosialisasi kebencanaan di berbagai Daerah, Pembentukan BPBD di setiap kabupaten.

Tetapi dari semua hal yang paling penting untuk di lakukan dalam hal kultur yaitu tentang Pelaksanaan latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami drill) secara berkala dan Penyusunan kurikulum muatan lokal sekolah tentang kebencanaan. Masyarakat harus di berikan pengertian-pengertian tentang gempabumi dan tsunami, syarat-syarat terjadinya dan tanda-tanda awal apabila terjadi tsunami. Dengan di berikan pengetahuan tersebut, maka masyarakat akan tahu apa yang harus dilakukan apabila terjadi tsunami tanpa harus menunggu peringatan potensi tsunami datang. Latihan evakuasi yang berkala juga mempengaruhi tingkat respon masyarakat apabila terjadi tsunami.

Harapan saya, cukup tragedi tsunami di Pagai, Sumatera Barat yang terjadi akibat lemahnya kultur di sana. Kekurang siap-siagaan, kurangnya wawasan gempabumi dan tsunami, dan kurang terlatihnya masyarakat disana untuk evakuasi apabila terjadi tsunami, menjadi cambukan yang sakit untuk kita semua dengan begitu banyaknya korban meninggal akibat tragedi tsunami disana. Saatnya memperbaiki sistem kultur kita, khususnya di daerah Utara Papua dan Papua Barat yang memiliki waktu yang sangat sempit untuk menyelamatkan diri dari ancaman tsunami.

Lalu bagaimana dengan pengembangan struktur di utara Papua dan Papua Barat??...harus di lanjutkan atau di hentikan saja??? Jawabnya yaitu tetap harus di lanjutkan, karena tidak semua wilayah utara Papua dan Papua Barat memiliki waktu tiba gelombang tsunami ≤ 5 menit, ancaman tsunami dari jarak yang jauh (tsunami tele) dari wilayah lain sewaktu-waktu juga bisa terjadi. Bahkan kalau pemikiran saya, jaringan seismik di Papua dan Papua Barat harus di tambah. Karena dengan semakin rapatnya jaringan seismik ini maka waktu yang di butuhkan untuk analisa gempabumi bisa makin cepat. Yang kalau sekarang peringatan potensi tsunami baru bisa paling lama 5 menit, dengan makin bertambah dan rapatnya jaringan seismik di Papua dan Papua Barat, mungkin saja bisa menjadi 2 atau 3 menit. Dengan makin cepatnya peringatan potensi tsunami menjadi 2-3 menit, maka bisa ada selisih waktu 2 menit untuk bisa sampai ke masyarakat. Bukan jaringan seismiknya yang di tambah, tetapi jaringan diseminasinya juga perlu di tingkatkan sehingga informasi bisa menyentuh masyarakat secara keseluruhan.
kalau ingin lihat jaringan seismik yang ada sekarang di Papua dan Papua Barat, dapat dilihat disini

salam waspada....



reference :
- Membangun Siaga Bencana oleh Pariatmono Sukamdo(Asisten Deputi Iptek Pemerintah/ Kepala Pusat Informasi Riset Bencana Alam Kementerian Riset dan Teknologi)
- http://www.bmg.go.id/data.bmg?Jenis=Teks&IDS=5408481373414691018

Kamis, 03 Maret 2011

gambar apaan coba???

gambar ini saya bikin hanya sekedar untuk meminta pendapat para senior-senior seismologi, geologi, geofisika dan ilmu ke bumian lainnya yang interest sama kondisi tektonik yang ada di Papua Barat, Papua (Indonesia) dan Papua New Guinea serta Negara Kepulauan di Pasifik (Solomon, Fiji dll). Kondisi Tektonik didaerah ini memang sangat kompleks dan sangat menarik juga untuk di teliti lebih jauh. Lempeng Pasifik yang notabene berperan penting dalam pembentukan pulau New Guinea, ternyata telah terpecah menjadi Lempeng-lempeng Mikro yang arah dan kecepatan pergerakannya justru berbeda dengan lempeng utamanya yaitu Lempeng Pasifik.
Tolong buat para senior-senior seismologi, geologi, geofisika dan ilmu ke bumian lainnya, mohon bantuannya memberi masukan buat gambar di bawah ini. Jujur,,,gambar ini saya buat hanya dengan sok ke-tw-an saya aja...
tolong juga di berikan link yang berkaitan dengan tektonik di wilayah ini.

thanks before...

Selasa, 01 Maret 2011

go to earthquake sensor at yomoklole (YOMI)

ada yang akan gw ceritakan sedikit tentang perjalanan kita pas pergi untuk mengecek peralatan pengamatan gempabumi LDG (Laboratoire De Geophysique) bantuan dari negara perancis. Peralatan bantuan dari perancis (LDG) yang di Papua cuma ada 2, yaitu di Mendumtagoi (daerah dosai) dan di Yomoklole (daerah danau sentani). Kedua alat ini cocok banget buat pengamatan gempabumi lokal yang sering terjadi di Kota dan Kabupaten jayapura. klo mw ngeliat posisi sensor gempabumi yang ada di Papua lihat disini
Tempat yang akan saya ceritakan kali ini adalah Yomoklole. Yomoklole terletak di daerah sekitar Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Untuk Bisa ke tempat ini, kita harus menggunakan perahu untuk menyebrang. Tempat yang digunakan sebagai pelabuhan danau untuk bisa menyebrang adalah daerah kalkhote. Dalam perjalanan ke Yomoklole, kita juga bisa melihat perkampungan Ayapo yang ada di sekitar danau sentani. Setelah kita menyebrang, kita harus mendaki bukit yang cukup tinggi untuk bisa ke sensor gempabumi Yomoklole. Dalam Perjalanan, kita juga di hadapkan dengan tingginya alang-alang yang tumbuh di sekitar perjalanan. Akibat tingginya alang-alang, maka jejak jalan setapak yang biasa di lalui untuk bisa ke sensor ini menjadi hilang. Walhasil, kita pun membuka jalan kembali, dan sedikit salah jalan. Yang aturannya mendakinya tidak terlalu vertikal, karena salah jalan, kita harus naik dengan jalan baru yang lebih vertikal.
segituh aj ceritanya....

perahu yang di gunakan untuk menyebrang ke tempat sensor


Team yang pergi ke sensor



lokasi sensor yang ada di paling ujung bukit



jalan yang di lewati untuk bisa ke sensor berupa alang2 yang tinggi dan juga pohon-pohon






pengaturan sensitivity sensor gempabumi



leveling dan balancing sensor


Bandul sensornya yang hanya komponen vertikal



dari lelahnya perjalanan, tapi ada hal yang bisa sedikit menghibur. Diatas puncak kita bisa melihat keindahan danau sentani dan juga pegunungan Cycloops dari kejauhan.