Label

Sabtu, 27 November 2010

Ada yang aneh gak sihh???



klo sekilas ngeliat dari peta seismisitas diatas, kayaknya ada yang aneh dehh dari aktifitas seismik di Papua dan Papua Barat. Mau tahu ap aj yang anehh??...oke dehh kita bahas, tapi secara singkat aj yahh...

1. Seismic Gap



dari gambar diatas, terlihat adanya celah aktifitas gempa (seismic gap) di daerah sepanjang dari Memberamo raya hingga Timika. Berdasarkan peta tektonik, daerah ini seharusnya juga mempunyai aktivitas kegempaan yang hampir sama dengan wilayah lain. Karena di daerah seismic gap ini dilewati oleh subduksi dan beberapa patahan, yaitu daerah pertemuan lempeng (subduksi) diperairan utara Papua, Lajur anjak Memberamo, Sesar Direwo, Lajur Ofiolit dan Lajur Anjak Pegunungan Tengah. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat gambar patahannya.
Berdasarkan Seismic Gap yang ada diatas, seharusnya kita perlu mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah ini merupakan fenomena biasa atau disana tersimpan misteri??.
Maksud saya dari fenomena biasa yaitu, apakah didaerah sana patahan2nya memang kurang aktif dibandingkan dengan tempat yang lain sehingga menyebabkan terciptanya celah aktifitas gempa disana??.
Sedangkan misteri yang saya maksud adalah, apakah disana ada terdapat penumpukan energi selama 110 tahun yang belum terlepaskan???. Inilah hal yang sangat ditakutkan oleh kita semua, karena dengan penumpukan energi ini bisa menyebabkan terjadinya gempabumi yang sangat kuat nantinya. Mudah2an hal ini tidaklah terjadi(harapan saya)


2. Subduction Zone
gambar dibawah ini memperlihatkan aktifitas kegempaan yang terjadi di daerah subduksi diperairan utara Papua. Secara sekilas, gambar tersebut juga menimbulkan beberapa pertanyaan untuk kita semua. Mengapa aktifitas kegempaanya di sepanjang subduksi sangat sedikit sekali, berbeda sekali dengan aktifitas gempabumi didaerah subduksi sumatera sana. Kegempaan yang terjadi di daerah subduksi di utara Papua tidaklah tepat di daerah garis berwarna kuning, yang dimana garis kuning tersebut adalah tempat pertemuan lempengnya (subduksi). Yang terlihat digambar, aktifitas kegempaan akibat subduksi ini lebih banyak terdapat didaerah kerak benuanya (sebelah bawah daerah subduksi).


lalu bagaimana akibat yang ditimbulkan dengan tidak tepatnya aktifitas gempabumi didaerah subduksi ini?? yang pasti akan ada akibat yang akan ditimbulkan dari fenomena ini.
menurut pendapat saya, akibat yang akan ditimbulkan dari fenomena ini adalah "akan semakin berkurangnya jarak pusat gempabumi dengan garis pantai, sehingga waktu jalar apabila terjadi Tsunami di Utara Papua akan semakin cepat"
saya akan coba mengambil contoh :

gambar 1 adalah apabila gempabumi terletak di tepat garis subduksi, maka waktu jalar Tsunami yang terjadi adalah sekitar 15 Menit
gambar 2 adalah apabila gempabumi terletak di kerak benua (tdk tepat di garis subduksi), maka waktu jalar Tsunami yang terjadi adalah sekitar 10 Menit.
berdasarkan keadaan diatas, maka waktu yang dibutuhkan masyarakat Papua apabila terjadi tsunami di Perairan Utara Papua akan semakin sedikit. Yang kalau berdasarkan garis subduksi, waktu jalarnya adalah 15 menit, namun apabila kebanyakan gempabumi terjadi dikeraknya (tdk tepat digaris subduksi), maka waktu jalarnya akan lebih cepat, yaitu hanya sekitar 10 menit. Pemetaan untuk bahaya tsunami yg pernah saya buat secara iseng2 juga akan berubah, karena saya mengambil range waktunya berdasarkan garis subduksi.




thanks to :
yg buat peta seismisitas --> icha

5 komentar: